Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang.
Pada dasarnya, kecemasan tidaklah sama dengan ketakutan, walaupun kita mungkin menyadari bahwa kita ketakutan. Freud mendeskripsikan kecemasan sebagai suatu kesatuan tanpa objek karena kita tidak dapat menunjuk ke sumber ketakutan atau ke suatu objek khusus yang menyebabkan ketakutan tersebut. Freud memandang kecemasan sebagai bagian yang penting dari teori kepribadian yang dibuatnya, ia juga menilai bahwa kecemasan itu fundamental terhadap perkembangan pengaruh neuritis dan psikotis. Freud mengungkapkan bahwa prototype dari semua kecemasan adalah trauma kelahiran. Janin dalam rahim ibunya adalah dunia yang paling stabil dimana setiap kebutuhan dipuaskan tanpa adanya penundaan. Tetapi, saat kelahiran, organisme didorong ke lingkungan yang bermusuhan. Tiba-tiba bayi perlu mulai beradaptasi terhadap realita karena permintaan instingtualnya tidak selalu segera dapat dipenuhi. Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neuritis, dan moral.
a. Kecemasan objektif atau realitas (realistic anxiety)
Kecemasan objektif atau realitas (realistic anxiety) adalah sebuah ketakutan terhadap adanya bahaya yang nyata dalam dunia sebenarnya. Contoh kecemasan objektif yaitu gempa bumi, angin topan, dan bencana yang sejenis. Kecemasan realitas memberikan tujuan positif untuk memandu perilaku kita untuk melindungi dan menyelamatkan diri kita dari bahaya yang aktual.
b. Kecemasan neuritis (neurotic anxiety)
Kecemasan neuritis (neurotic anxiety) adalah sebuah ketakutan yang berasal dari masa kanak-kanak dalam sebuah konflik antara kepuasan instingtual dan realita melibatkan konflik antara id dan ego. Anak-anak sering dihukum bila mengekspresikan impuls seksual dan agresif secara berlebihan. Pada tahap ini, kecemasan ini berada pada alam kesadaran, tetapi selanjutnya, ini akan ditransformasikan ke alam ketidaksadaran.
c. Kecemasan moral (moral anxiety)
Kecemasan moral (moral anxiety) adalah sebuah ketakutan sebagai hasil dari konflik antara id dan superego. Essensinya, kecemasan moral adalah ketakutan dari kesadaran seseorang. Ketika seseorang termotivasi untuk mengekspresikan sebuah impuls instingtual yang berlawanan dengan pola moral, superego akan membalas dendam dengan membuat ita merasa malu atau bersalah. Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotic adalah perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.
Kecemasan moral didasarkan juga pada realitas. Anak-anak dihukum karena melanggar kode moral orangtuanya dan orang dewasa dihukum karena melanggar kode moral masyarakat. Kecemasan memberi sinyal kepada individu bahwa ego sedang terancam dan jika tidak ada tindakan yang diambil, maka ego akan jatuh. Jika tidak ada satupun dari teknik-teknik rasional ini bekerja, maka seseorang akan menggunakan mekanisme pertahanan, sebuah mekanisme tidak rasional yang dibuat untuk mempertahankan ego yaitu ego defense mechanism (mekanisme pertahanan ego) yaitu:
1) Repression
Ini merupakan penolakan secara tak sadar dari keberadaan sesuatu yang membawa ketidaknyamanan dan kesakitan dan merupakan yang paling mendasar dan merupakan defense mechanism yang sering kali digunakan.
Repression dapat menjalankan ingatan akan suatu situasi dan orang, dan juga persepsi kita mengenai masa sekarang (jadi kemungkinan besar kita akan gagal untuk melihat situasi yang sangat jelas merupakan event yang mengganggu), bahkan terhadap fungsi tubuh. Sebagai contoh, seorang laki-laki bisa sangat kuat me-repress keinginan seksualnya sehingga menjadi impoten. Sekali repression dijalankan, sangat sulit untuk menghilangkannya.
2) Denial
Denial sangat berhubungan erat dengan repression dan terlibat dalam menolak keberadaan ancaman dari luar ataupun event yang menimbulkan trauma yang telah muncul. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki sakit kronis akan menyangkal kemungkinan bahwa ia akan meninggal. Orang tua dari anak-anak yang telah meninggal mungkin akan terus menyangkal kehilangan dengan cara membiarkan kamar anak tetap seperti sediakala.
3) Reaction Formation
Suatu pertahanan yang digunakan untuk menghadapi impuls yang mengganggu dengan secara aktif mengekspresikan impuls yang berlawanan. Ini disebut sebagai reaction formation. Seseorang yang dengan kuat memiliki ancaman impuls seksual mungkin akan menekan impuls-impuls dan menggantikan mereka dengan perilaku yang dapat lebih diterima oleh masyarakat. Sebagai contoh, seorang yang terancam oleh keinginan seksual mugkin akan memutarnya dengan cara menjadi orang yang paling anti terhadap pornografi. Orang lain yang mungkin sangat terganggu dengan impuls agresif, mungkin menjadi terlalu jinak dan ramah. Bisa juga terjadi benci menjadi cinta.
4) Projection
Cara lain untuk menanggapi impuls yang mengganggu adalah untuk memproyeksikan impuls yang mengganggu kepada orang lain. Defense mechanism ini disebut projection. Keagresifan ataupun impuls lain yang tidak dapat diterima terlihat sebagai yang dilakukan oleh orang lain. Bukan hanya pada suatu pribadi. Sebagai efeknya kita dapat melihat seseorang berkata, “bukan saya yang membencinya, tetapi ia membenci saya”. Atau seorang wanita setengah baya mungkin memproyeksikan keinginan seksualnya itu bahwa anak perempuannya yang remaja yang memilikinya.
5) Regression
Didalam regression, manusia akan mundur ke tahap periode hidupnya yang lebih awal. Regresion biasanya melibatkan kembalinya kita ke salah satu tahap psikoseksual dari perkembangan kanak-kanak. Individu kembali ke masa tersebut diikuti dengan manifestasi perilaku yang berlaku pada waktu itu, misalnya berlaku seperti kanak-kanak dan cenderung bersikap kanak-kanak dan perilaku yang tergantung pada orang lain.
6) Rationalization
Rationalization merupakan defense mechanism yang melibatkan intrepretasi ulang perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita. Kita memaafkan atau menilai suatu ancaman melalui suatu tindakan yang membujuk diri kita sendiri bahwa ada alasan yang rasional di balik perlakuan kita. Orang yang dipecat mungkin merasionalisasikan dengan cara mengatakan bahwa pekerjaan tersebut juga bukan pekerjaan yang bagus untuk dirinya. Itu lebih kurang mengancam untuk menyalahkan orang lain ataupun sesuatu daripada kita sendiri jika kita gagal. Ini adalah poin yang perlu diingat mengapa kita menyalahkan guru kita karena kita tidak lulus ujian.
7) Displacement
Kalau objek yang dibutuhkan untuk memuaskan id tidak ada, maka orang kemungkinan besar akan menggantinya dengan objek yang lain. Contohnya, ketika seorang tidak senang kepada atasannya atau anak-anak tidak senang kepada orang tua mereka, mereka tidak berani mengekspresikan bentuk ketidaksenangannya itu pada mereka karena takut akan hukuman yang diberikan. Jadi mereka melampiaskannya kepada orang lain. Di dalam contoh tersebut mereka mengganti objek yang original dengan objek yang bukan merupakan ancaman bagi mereka. Bagaimanapun ini tidak terlalu memuaskan id seperti menggunakan objek original.
8) Sublimation
Sublimation terlibat dalam mengubah impuls id. Energi insting diganti menjadi perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dan juga diterima oleh masyarakat. Energi seksual, misalnya, menjadi perilaku yang artistik dan kreatif. Freud percaya bahwa beberapa kegiatan manusia, terutama kegiatan artistik. Merupakan manifestasi dari impuls-impuls id yang diarahkan kembali menjadi perilaku yang dapat lebih diterima oleh masyarakat.