Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan, ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s. Menurut Freud, ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan. Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Menurut Koswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan.
Bertitik tolak pada konsep diatas, maka contoh kepribadian yang saya lakukan dalam hubungannya dalam konsepsi ego ialahmemutuskan pembelian yang paling efektif ketika rasa lapar terjadi. Yang mana ketika rasa lapar terjadi, pada tahap sebelumnya tentunya telah dilakukan proses berpikir untuk melakukan tindakan yang tepat dalam komunikasi dengan pihak yang dianggap paling tepat baik melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung. Melalui komunikasi ini tentunya, diharapkan akan memperoleh informasi yang tentunya dapat memberikan keyakinan saya untuk melakukan proses aktivitas selanjutnya. Misalnya bila dinilai lebih baik melakukan akativitas pembelian karena dirasa lebih efisien, maka dilakukanlah aktivitas pembelian itu, sebagai respon untuk menanggulangi rasa lapar tersebut. Sehingga rasa lega akan tumbuh sebagai implikasi dari kebutuhan yang telah dipenuhi.
Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita,berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi didalam situasi yang berupa dimasa lalu,dan membuat rencana yang realistik dimasa depan. Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan Id.
Ego mempunyai beberapa fungsi di antaranya: a) menahan menyalurkan dorongan, b) mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesdaran, c) mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan yang diterima, d) berfikir logis, e) menggunakan pengalaman emosi-emosi kecewa sebagai tanda adanya suatu yang salah, yang tidak benar agar kelak dapat dikategorikan dengan hal lain untuk memusatkan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.
Pembentukan ego dan superego menyisakan berbagai kecemasan dan ketakutan yang merupakan cikal-bakal dari konflik intrapsikis yang jadi daya gerak kepribadian. Dari sinilah petualangan psikis manusia yang kompleks bermula dan beragam tingkahlaku yang rumit kemudian ditampilkan, termasuk perilaku artistik yang merupakan unsur utama proses penciptaan seni. Id terus-menerus mendorong manusia untuk memperoleh kenikmatan dan menghindari kesakitan. Refleks dan proses primer terus terjadi. Setiap kali naluri merangsang, id menggebu-gebu menuntut pemenuhan segera. Namun, tidak setiap dorongan naluriah bisa disalurkan karena ada hambatan atau keterbatasan diri untuk memenuhinya. Id tidak realistik sehingga mengabaikan kenyataan yang ada. Tuntutannya banyak yang tak bisa terlaksana sebab tak masuk akal atau tak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Ego mengenali ketak-masuk-akalan dan ketakpantasan itu melalui uji realitas dan pertimbangan-pertimbangan rasional normatif. Ego mengenali bahaya, ketaknyamanan, kemungkinan hukuman dari lingkungan, dan rasa malu yang mengancam diri jika tuntutan id dituruti begitu saja. Di sisi lain, ego juga memahami, tuntutan id adalah kebutuhan yang jika tak dipenuhi mengancam keberadaan diri sebagai makhluk biologis. Kondisi dilematis ini perlu diselesaikan dengan mekanisme-mekanisme khusus. Dari sisi lain, superego yang bekerja dengan prinsip kesempurnaan menuntut ego untuk selalu berbuat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, menentang impulsivitas dan keprimitifan id.
Ego sebagai pengendali berusaha menyelaraskan tuntutan dari id, superego dan lingkungan. Untuk itu, dikembangkanlah mekanisme pertahanan (defense mechanism) ego yang pada intinya adalah proses-proses yang dijalani ego untuk mempertahankan keberlangsungan kepribadian dengan cara menyeimbangkan berbagai tuntutan yang diajukan kepadanya. Berbeda dengan proses ego lainnya, mekanisme pertahanan ini berciri menyangkal, memalsukan dan mendistorsi realitas. Sifat terpenting dari mekanisme ini adalah berkerjanya secara tak sadar. Berbagai tingkahlaku dihasilkan dari mekanisme pertahanan ego. Penciptaan karya seni adalah salah satu wujudnya yang dominan dalam peradaban manusia.