Pendidikan sebagai bagian dari kemajuan bangsa dan kemandirian bangsa. Penguraian sistem pendidikan dan perbandingannya antara zaman dahulu dan sekarang menjadi bahan pertimbangan tersendiri. Nilai-nilai kearifan Pancasila dan Psikologis sebagai bagian dari proses pembentukan watak atau kepribadian dalam jiwa manusia, menjadi penentu untuk menghadapi kehidupan nyata dalam masyarakat. Pendidikan yang teliti, rapi, serta sistematis menjadi salah satu acuannya.
Slamet menguraikan bahwa sistem yang diusulkannya itu bisa memuat berbagai analisis berkaitan dengan pelaksanaan atau proses pendidikan Indonesia sampai tuntas. Hal itu mencakup keseluruhan soal personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kurikulum, anggaran pendidikan. Semua aspek tersebut harus disesuaikan dengan jenis jenjang pendidikannya. “Dengan adanya standar minimum akan mengatur dengan jelas di SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi. Kriterianya yang dipakai jelas dan fleksibel, sehingga memungkinkan untuk usul, kritik dan koreksi,” jelas mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang juga pernah duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968-1973.
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Sekolah adalah tempat pendidikan yang penting.
Pendidikan dari segi intelektual bisa terstruktur dalam kurikulum sistem pendidikan nasional, namun sistem pendidikan nasional sekarnag ini mencakup secara keseluruhan, belum adanya spesifikasi antara jenjang pendidikan yang satu dengan lainnya. Kepandaian siswa tidak bisa diukur hanya dari segi intelektualnya saja, namun juga dari segi moril atau watak. Anak didik yang dapat memahami dan memperluas kerangka berfikirnya dengan tidak sekadar memahami kehidupan sosial, melainkan juga harus memahami dan memiliki kemapuan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.
seperti yang diungkapkan Prof. Slamet Iman Santoso“Ciri orang pandai, bisa menyederhanakan hal yang ruwet, sebaliknya, orang bodoh akan meruwetkan soal sederhana”
itulah penjelasan singkat Pendidikan Watak Dalam Pandangan Slamet Iman Santoso, semoga artikel ini dapat bermanfaat dan berguna serta menambah wawasan kita dikehidupan sehari-hari, terima kasih semuanya.