Strength Will Courage
SHOPIndeks

Teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan

Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:

  • a) represi, ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,
  • b) memungkiri, ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,
  • c) pembentukan reaksi, ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,
  • d) proyeksi, ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,
  • e) penggeseran, merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke sasaran yang lebih aman,
  • f) rasionalisasi, ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang masuk akal untuk menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur,
  • g) sublimasi, ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,
  • h) regresi, yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,
  • i) introjeksi, yaitu mekanisme untuk mengundang serta menelaah sistem nilai atau standar orang lain,
  • j) identifikasi,
  • k) konpensasi,
  • l) ritual dan penghapusan.

 

Dalam analisisnya terhadap Leonardo da Vinci, Freud pertama kali menjelaskan teorinya tentang penciptaan karya seni. Ia menamai proyek analisis itu patografi (patography) untuk membedakannya dari biografi yang cenderung memaparkan kelebihan dan sifat heroik tokoh yang dianalisis. Patografi hendak menyelidiki, merekonstruksi dan menunjukkan masa lalu tokoh itu, mencakup berbagai represi, kompleks yang mungkin dialami, dan neurosis. Represi adalah penekanan dorongan-dorongan naluriah ke bawah sadar oleh ego. Dorongan-dorongan ini ditekan kembali ke bawah sadar karena dianggap tidak realistik, membahayakan, atau memalukan jika ditampilkan. Kompleks adalah kumpulan ide dan pikiran tak disadari yang terkandung dalam dorongan-dorongan naluriah yang direpresi. Sedangkan neurosis adalah kecemasan-kemasan irasional yang mendominasi dan mempengaruhi tingkah laku.

Selain itu, Freud juga menganalisis kecenderungan sifat kekanak-kanakan dan infantilisme (sisa-sisa krisis di masa bayi) Leonardo. Freud memperlakukan Leonardo seperti ia memperlakukan pasien, menganalisis karya-karyanya dengan pertimbangan psikologis itu. Analisis patrografis ini kemudian menjadi titik berangkat kajian dan kritik seni ala psikoanalisis.

Karya seni dilihat sebagai cara untuk mengungkapkan ekspresi, sekaligus juga untuk meredakan berbagai tekanan psikis. Secara umum seni merupakan proyeksi dari kondisi psikis senimannya, mencakup konflik intrapsikis, kecemasan yang direpresi dan sifat-sifat infantil. Proyeksi merupakan bentuk mekanisme pertahanan ego untuk mengurangi ketegangan psikis. Orang yang mengalami ketegangan psikis tak tertahankan akan berusaha mengurangi ketegangannya, salah satunya dengan mengalihkan energi yang menekan ke luar dirinya, dengan kata lain ia memproyeksikan apa yang ada di dalam batin ke objek di luar dirinya.

 

Menurut Freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya.

a. Identifikasi (identification). cara mereduksi tegangan dengan mengimitasi atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Anak mula-mula mengidentifikasi orang tuanya karena anak menganggap orang tuanya omnipotent (mahakuasa), kemudian juga mengidentifikasi guru, olahragawan, penyanyi rock, dan lain-lainnya. Apabila yang ditiru itu sesuatu yang positif, secara khusus ini disebut Introyeksi. Identifikasi sebagai sarana ego dan superego memperoleh energi psikis dari id. Konsep identifikasi sebagai mekanisme pertahanan sejalan dengan konsep pemindahan energi psikis itu. Ketika ego mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan hasil persepsi, itu berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal. Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:

  1. identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak orang tuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh penerimaan orangtuanya.
  2. identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak mengidentifikasi larangan-larangan orang tuanya agar terhindar dari hukuman.
  3. melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Proses identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan kepribadian.

b. Pemindahan/ reaksi kompromi (displacement/ reactions compromise). Manakala objek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena ada rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu ke objek yang lain, sampai ditemukan objek yang dapat mereduksi tegangan. Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, objeknya yang berubah-ubah melalui displacement. Objek pengganti jarang dapat memberi kepuasan atau mereduksi tegangan seperti objek aslinya, dan semakin objek pengganti itu berbeda dengan yang asli, maka semakin sedikit tegangan dapat direduksi. Proses mengganti objek kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi antara tuntutan insting dengan realitas ego disebut reaksi kompromi (reaction compromise).

Ada tiga macam reaksi kompromi, yakni:

  1. sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif,
  2. substitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya,
  3. kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yangharus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain. Kemampuan untuk membentuk objek pengganti ini adalah mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian. Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai, sikap, dan ciri kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan objek ini.

c. Represi (repression). Represi adalah proses ego memakai kekuatan anti cathexes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.

d. Fiksasi dan regresi (fixation and regression). Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalukuat. Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi; mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas di sana.

e. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation). Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya; benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.

f. Pembalikan (reversal). Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri (seperti turning upon around self), atau seperti reaksi formasi dengan objek yang spesifik (pada reaksi formasi perasaan yang dibalik digeneralisasikan kepada objek yang luas).

g. Projection (proyeksi). Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadi kecemasan realistik, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga seola-olah ancaman itu terprojeksi dari objek eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotik/moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar.

h. Reaksi Agresi (aggressive reactions). Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi, menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada objek yang asli, objek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ego membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar.

i. Intelektualisasi (intelectualization). Ego menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis objek sebagai realitas yang cocock dengan impuls asli. Mengatasi frustasi dan anxiety dengan memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan harga diri.

j. Penolakan (escaping-avoiding). Melarikan diri/menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul. Menghindar dari ancaman dan menempatkan diri dibawah perlindungan patron. Orang bisa menghindari ancaman dengan menarik diri menjadi pertapa atau orang suci, ini disebut mekanisme ascetism.

k. Pengingkaran (negation). Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang negatif, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.

l. Penahanan Diri (ego restriction). Menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk atau negatif.

m. Mempertahankan self esteem (yang terancam dari gambaran diri berprestasi negatif), dengan menolak aktivitas yang dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain, memilih kedudukan sebagai pengamat atau penilai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *